Tuesday, June 4, 2013

Laluna

Sudah satu minggu sejak kedatangan Laluna ke panti asuhan Pertiwi, sudah satu minggu Bayu mengikutinya kemana-mana, dan sudah satu minggu pula gadis kecil itu belum mau berteman dengan para penghuni panti lainnya. Jangankan berteman, bicara pun dia tidak pernah. Laluna tidak mau berbicara kepada siapapun, termasuk bu Rahmi. Informasi yang diperoleh tentangnya hanyalah ibunya yang seorang pengemis baru meninggal minggu lalu. Laluna ditemukan menangis sendirian dipinggir jalan dan baru diketahui bahwa dia sebatang kara.

Bayu selalu mengikuti Laluna kemana pun gadis kecil itu pergi, di asrama panti, di lobi, di taman kecil di halaman belakang asrama, dan juga di sekolah. Laluna didaftarkan ke kesekolah yang sama dengan Bayu dan anak-anak lainnya.

Di sekolah Laluna tidak pernah berbicara selain saat menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru, itupun dengan jawaban seadannya. Saat tibanya waktu istirahat, Laluna selalu menghabiskan bekalnya sendirian di bawah pohon besar yang ada di samping perpustakaan sekolah, dan setiap waktu istirahat jugalah Bayu selalu datang ke perpustakaan, bukan untuk membaca tentunya tapi hanya sekedar untuk melihat Laluna.
Entah apa yang membuat Bayu sangat tertarik pada gadis kecil itu, tetapi sampai saat ini dia tidak bisa melupakan mata sembab dan suara gemetaran Laluna saat dia memperkenalkan dirinya satu minggu yang lalu. Mungkin Bayu merasa kasihan pada gadis malang itu, atau malah dia kasihan pada dirinya sendiri karena memiliki nasib yang sama.

Bayu sendiri berasal dari keluarga miskin rantauan. Ibunya meninggal karena sakit dua tahun yang lalu, dan ayahnya tewas dikeroyok massa setelah tertangkap tangan saat mencopet dompet seorang wanita di pasar pagi. Dia tidak punya keluarga lain sehingga petugas sosial melimpahkan dirinya untuk diurus di panti asuhan ini.

Waktu sudah menunjukkan pukul 3 sore saat Bayu melihat Laluna berjalan ke taman belakang, tanpa sadar kaki Bayu sudah melangkah mengikutinya. Dari kejauhan Bayu melihat Laluna sedang berjongkok di depan bunga-bunga taman, tangan kirinya tetap memegang erat telinga boneka kelinci kumalnya yang nyaris putus.
Bayu maju perlahan mendekati Laluna. Tak ingin mengejutkan gadis kecil itu Bayu terbatuk kecil. Laluna menoleh, ada sedikit ketakutan diwajah polosnya, tapi dia tidak mengalihkan tatapannya dari wajah bocah kecil di hadapannya.

"Hai, aku Bayu. Aku sering melihatmu ke sini." Bayu mencoba membuka percakapan. Laluna masih diam terpaku menatap wajah anak lelaki itu. "Apa kau suka bunga?" Laluna mengangguk pelan dan kembali memandang bunga-bunga cantik di hadapannya. Bayu maju selangkah dan berjongkok di samping Laluna, menyentuh lembut bunga-bunga itu.

Entah berapa lama waktu yang berlalu, mereka berdua hanya diam memandang bunga-bunga itu. Bayu menunggu Laluna untuk bicara, namun gadis kecil itu tak kunjung bicara. Saat akhirnya Bayu hendak berdiri Laluna membuka mulutnya, "Sebentar lagi, temani aku di sini sebentar lagi."

Bayu tersenyum simpul.

No comments: