Sunday, June 2, 2013

Penghuni Baru


“ Tap...tap...tap...” semua anak-anak penghuni panti asuhan Pertiwi berlarian ke lobi utama. Ada seorang penguni baru yang tiba hari ini. Semua anak sangat antusias untuk melihat penghuni baru tersebut. Karena panti asuhan ini sudah lama tidak menerima penghuni baru. Penghuni yang terakhir bergabung adalah Bayu, anak lelaki 10 tahun yang sangat pendiam dan selalu menyendiri itu. Seperti sekarang dia tidak antusias sama sekali untuk mengetahui ataupun sekedar melihat anak baru tersebut. Dia sama sekali tidak peduli. Dia hanya mengawasi tanpa semangat dari tangga utama.

“Jangan dorong-dorongan! Kalian bisa menakutinya.“ Bu Rahmi memberi aba-aba kepada semua penghuni panti untuk tertib. “Dan cobalah untuk bersikap ramah. Jangan membuat semua guru kalian di sekolah melakukan hal yang sia-sia.” Bu Rahmi adalah kepala panti asuhan ini. Dia seorang wanita paruh baya yang sangat baik namun tegas. Terlihat jelas guratan-guratan kelelahan diwajahnya yang mulai berkeriput. Dia sudah memimpin panti asuhan ini selama 20 tahun terakhir.

Mobil putih milik panti asuhan tiba di pintu depan bangunan ini. Membuat semua anak menahan nafas, bertanya-tanya siapakah anak baru ini, anak laki-laki atau perempuan, mengapa dia sampai berakhir di panti asuhan ini. Semua pertanyaan itu memenuhi benak hampir 20 anak yatim piatu yang menjadi penghuni panti asuhan ini. Pintu mobil terbuka, pak Heri, sopir sekaligus penjaga panti asuhan ini keluar dari mobil, membukakan pintu penumpang. Sekilas tampak samar sesosok gadis kecil yang sangat cantik memegang  boneka kelinci kumal dengan salah satu telinga yang nyaris putus. Semua pandangan mata tertuju kepada gadis kecil itu, gadis kecil dengan mata sembab dan berambut ikal itu, termasuk Bayu. Bayu menatap lekat gadis kecil itu, yang mungkin baru berusia sekitar 7 tahun itu, tanpa sadar dia menahan nafasnya. Seperti segala sesuatu terhenti saat itu juga.

Pak Heri menggandeng gadis kecil itu memasuki lobi bangunan utama panti. Gadis kecil itu dengan wajah takut-takut bersembunyi di belakang pak Heri. “Nah, ini rumah barumu, dan semua anak-anak disini akan menjadi temanmu.” Ucap pak Heri sambil berjongkok dan menatap gadis kecil itu. “Ayo perkenalkan dirimu, mereka semua ada di sini untuk menyambutmu.”

Gadis kecil itu terdiam sangat lama, memandangi anak-anak yang menunggu di hadapannya. Dengan ragu dia membuka mulutnya gamang, “Aku Laluna.”

Hanya kata-kata itu yang mampu keluar dari mulut kecilnya namun dua kata dengan suara yang gemetaran itu mampu membuat Bayu terenyuh. Satu pertanyaan mucul dibenaknya, ‘apa yang telah terjadi pada anak sekecil ini?’

No comments: