Saturday, June 8, 2013

Kenapa Dia

Seperti biasanya, setiap hari minggu para penghuni panti asuhan Pertiwi melakukan kerja bakti membersihkan lingkungan panti. Anak-anak perempuan membersihkan bagian dalam asrama panti dan para lelaki membersihkan halaman panti. Laluna mendapat tugas menyusun mainan di ruang bermain di dalam asrama bersama dua anak perempuan yang sudah lebih besar darinya. Laluna memisahkan mainan-mainan tersebut ke dalam kotak-kotak yang sudah disiapkan oleh ibu Aulia, salah satu pengurus panti. 

"Yang bener? Gak mimpi kan?" Sisil, gadis kecil 11 tahun dengan rambut digerai itu terkejut mendengar kabar dari temannya itu.

"Shhht... jangan kenceng-kenceng ngomongnya!" Rubi, anak yang satu lagi menjawab sambil menutup mulut Sisil. "Iya, aku denger sendiri waktu bu Rahmi ngobrol sama pak Heri." tambahnya. 

"Waaaah... Siapa ya kira-kira yang beruntung, semoga aja aku." Sisil nyengir sambil berdoa.

"Diiih... Ngarep. Semoga aku yang dipilih." ujar Rubi yakin. Laluna masih belum mengerti apa yang dibicarakan oleh Rubi dan Sisil. 

"Semoga aja mereka orang baik, kan udah lama banget gak ada keluarga yang ngambil anak dari panti ini. Terakhir yang keluar si Bagas kan? Itupun udah 3 tahun yang lalu." Sisil duduk dan kembali merapikan mainan di dekatnya. 

"Kata bu Rahmi kemarin sih yang mau ngambil anak di sini sih orang kaya, dan mau pindah ke luar negeri gitu, mereka gak mau adopsi anak di luar negeri, jadi sebelum berangkat mereka mau ngadopsi anak dulu di Indonesia." Rubi masih menatap Sisil yang sibuk merapikan mainan sambil membayangkan seandinya dirinyalah yang terpilih untuk diadopsi kali ini. 

"Jadi kapan mereka datang?" tanpa sadar Laluna bertanya pada Rubi karena ingin tahu lebih banyak. Rubi menoleh ke arah Laluna sambil mengernyitkan keningnya. 

"Kupikir kau tidak bisa bicara." jawab Rubi sinis. "Mereka datang besok, lagi pula tidak ada hubungannya denganmu, mereka pasti akan memilih penghuni lama. Apalagi anak aneh sepertimu, mana ada keluarga yang mau." lanjutnya sambil mulai membereskan mainan yang masih berantakan. Laluna hanya diam.

Malamnya Laluna tidak bisa tidur karena memikirkan percakapan Rubi dan Sisil tadi siang. Apa benar akan ada keluarga yang datang besok? Bagaimana kalau keluarga itu memilihnya dan mengajaknya hidup di luar negeri? Menjalani kehidupan baru dengan keluarga baru pula. merasakan kasih sayang lagi. Sambil memeluk boneka kelinci usangnya Laluna perlahan terlelap. 

Keesokaan harinya sepulang sekolah, semua anak dikumpulkan di aula kecil di samping asrama yang biasa digunakan untuk acara-acara penting, seperti hari ini. Berita itu benar, anak-anak sudah harap-harap cemas sedari tadi. Sepasang suami istri yang tampak sangat baik sudah duduk di hadapan kami. Mereka adalah Pak Raka dan Ibu Anjani, mereka belum juga memiliki anak setelah lima tahun menikah dan akhirnya memutuskan untuk mengadopsi anak setelah pak Raka akan dipindah tugaskan ke Inggris. 

"Nah anak-anak, minggu lalu pak Raka dan Ibu Anjani sudah mengutarakan maksudnya untuk mengadopsi salah satu anak dari panti asuhan kita. Ibu sudah memberikan data-data kalian kepada mereka dan mereka sudah memilih satu di antara kalian. Ibu sangat senang bahwa salah satu dari kalian akan memiliki keluarga baru, Ibu dan semua orang di panti ini selalu mengharapkan yang terbaik untuk kalian semua. Ibu Anjani akan meyebutkan nama anak yang sudah mereka pilih untuk ikut bersama mereka." Bu Rahmi tersenyum haru saat mempersilakan ibu Anjani untuk berbicara.

"Halo anak-anak semua.. Kami berdua berpendapat bahwa kalian semua adalah anak yang baik, tetapi kami hanya bisa memilih satu orang anak saja." ibu Anjani terbata-bata. "Setelah berpikir satu minggu lebih akhirnya kami memutuskan siapa yang akan kami adopsi. Kami berdua akan mengadopsi seorang anak laki-laki. Dia adalah Bayu Ferdian." 

Laluna terdiam.

Di Bawah Pohon Itu

Bayu berlari-lari kecil dari kelasnya menuju pohon besar di samping perpustakaan sekolah, Laluna sudah menunggunya di sana. Sudah satu bulan terakhir ini Bayu dan Laluna selalu bersama, di asrama panti, sekolah, dan di taman belakang asrama. Anak-anak panti yang lain bahkan menyebut mereka dua orang aneh yang berjodoh, karena sebelum kedatangan Laluna Bayu nyaris tidak pernah tertarik untuk bergaul dengan anak panti lainnya. Bayu tersengal-sengal saat sampai di bawah pohon. Laluna menyambutnya dengan senyum manis.

"Maaf, tadi pak guru menyuruhku membersihkan papan tulis terlebih dahulu." ucap Bayu masih tersengal-sengal.

"Gak papa kok, aku juga baru sampai." Laluna nyengir. Bayu pun duduk di samping Laluna dan membuka kotak bekalnya.

"Ayo makan, aku udah laper." Bayu mengernyit sambil mengelus-elus perutnya. Laluna tersenyum dan mengangguk sambil membuka bekal makannya. Mereka makan dalam diam, yang terdengar hanyalah suara Bayu mengunyah makanannya dengan kecepatan super. Laluna hanya tersenyum simpul melihatnya.

"Aaaah... kenyang!" Bayu bersendawa kecil setelah melahap habis bekalnya hanya dalam hitungan menit, sedangkan Laluna baru menghabiskan setengah bekalnya. "Laluna, kau harus makan lebih cepat, kalau kau selalu lambat seperti ini, nanti kau pasti jadi yang paling kurus di panti." Bayu mengelus-elus perutnya yang membuncit. Laluna menoleh ke arah Bayu dan menatapnya lama. "Kau juga harus berhenti menatap orang seperti itu, nanti mereka mengira kalau kau suka pada mereka. Walau aku nggak keberatan sih.. hehehe..." Bayu nyengir ke arah Laluna, Laluna tersenyum simpul.

"Memang suka kok. Jadi nggak papa kan?" senyumnya merekah, wajah Bayu memerah. Bayu menatap sepatu usangnya, sesekali mencuri pandang ke arah Laluna yang masih makan dengan pelan. Gadis kecil itu tampak sangat rapuh, sampai-sampai Bayu bahkan takut untuk mengulurkan tangan ke arahnya, kalau-kalau Laluna akan menghilang tertiup angin. Walau sekarang Laluna sudah sering tertawa, Bayu tidak akan pernah melupakan suara gemetaran gadis kecil itu, yang selalu membuatnya terenyuh.

"Aku sudah selesai, kenyang sekali." suara Laluna membuyarkan lamunan Bayu. Bel tanda istirahat usai masih beberapa menit lagi, Bayu memandang Laluna yang sedang merapikan kotak bekalnya dengan sangat hati-hati.

"Laluna..." Laluna menegadah ke arah Bayu.

"Apa?" matanya berbinar-binar. Bayu menunduk lagi, ragu-ragu dengan apa yang akan dikatakannya.

"Laluna, kau tidak akan pernah sendiri lagi. Aku janji akan selalu menemanimu. Jangan lupakan itu ya!" ucapnya sambil beranjak meninggalkan Laluna yang masih terdiam disana menatap punggung Bayu. Laluna tersenyum kecil, rasanya sangat hangat saat seseorang berjanji akan selalu bersamamu, bahwa kau tidak akan pernah sendiri lagi, tidak akan ada kehilangan lagi. Laluna sangat senang mendengar kata-kata yang diucapkan Bayu padanya.

"Pulang sekolah nanti sama-sama ya!" teriak Laluna pada Bayu yang belum berjalan terlalu jauh, Bayu menoleh dan mengangguk pelan.

Tuesday, June 4, 2013

Laluna

Sudah satu minggu sejak kedatangan Laluna ke panti asuhan Pertiwi, sudah satu minggu Bayu mengikutinya kemana-mana, dan sudah satu minggu pula gadis kecil itu belum mau berteman dengan para penghuni panti lainnya. Jangankan berteman, bicara pun dia tidak pernah. Laluna tidak mau berbicara kepada siapapun, termasuk bu Rahmi. Informasi yang diperoleh tentangnya hanyalah ibunya yang seorang pengemis baru meninggal minggu lalu. Laluna ditemukan menangis sendirian dipinggir jalan dan baru diketahui bahwa dia sebatang kara.

Bayu selalu mengikuti Laluna kemana pun gadis kecil itu pergi, di asrama panti, di lobi, di taman kecil di halaman belakang asrama, dan juga di sekolah. Laluna didaftarkan ke kesekolah yang sama dengan Bayu dan anak-anak lainnya.

Di sekolah Laluna tidak pernah berbicara selain saat menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru, itupun dengan jawaban seadannya. Saat tibanya waktu istirahat, Laluna selalu menghabiskan bekalnya sendirian di bawah pohon besar yang ada di samping perpustakaan sekolah, dan setiap waktu istirahat jugalah Bayu selalu datang ke perpustakaan, bukan untuk membaca tentunya tapi hanya sekedar untuk melihat Laluna.
Entah apa yang membuat Bayu sangat tertarik pada gadis kecil itu, tetapi sampai saat ini dia tidak bisa melupakan mata sembab dan suara gemetaran Laluna saat dia memperkenalkan dirinya satu minggu yang lalu. Mungkin Bayu merasa kasihan pada gadis malang itu, atau malah dia kasihan pada dirinya sendiri karena memiliki nasib yang sama.

Bayu sendiri berasal dari keluarga miskin rantauan. Ibunya meninggal karena sakit dua tahun yang lalu, dan ayahnya tewas dikeroyok massa setelah tertangkap tangan saat mencopet dompet seorang wanita di pasar pagi. Dia tidak punya keluarga lain sehingga petugas sosial melimpahkan dirinya untuk diurus di panti asuhan ini.

Waktu sudah menunjukkan pukul 3 sore saat Bayu melihat Laluna berjalan ke taman belakang, tanpa sadar kaki Bayu sudah melangkah mengikutinya. Dari kejauhan Bayu melihat Laluna sedang berjongkok di depan bunga-bunga taman, tangan kirinya tetap memegang erat telinga boneka kelinci kumalnya yang nyaris putus.
Bayu maju perlahan mendekati Laluna. Tak ingin mengejutkan gadis kecil itu Bayu terbatuk kecil. Laluna menoleh, ada sedikit ketakutan diwajah polosnya, tapi dia tidak mengalihkan tatapannya dari wajah bocah kecil di hadapannya.

"Hai, aku Bayu. Aku sering melihatmu ke sini." Bayu mencoba membuka percakapan. Laluna masih diam terpaku menatap wajah anak lelaki itu. "Apa kau suka bunga?" Laluna mengangguk pelan dan kembali memandang bunga-bunga cantik di hadapannya. Bayu maju selangkah dan berjongkok di samping Laluna, menyentuh lembut bunga-bunga itu.

Entah berapa lama waktu yang berlalu, mereka berdua hanya diam memandang bunga-bunga itu. Bayu menunggu Laluna untuk bicara, namun gadis kecil itu tak kunjung bicara. Saat akhirnya Bayu hendak berdiri Laluna membuka mulutnya, "Sebentar lagi, temani aku di sini sebentar lagi."

Bayu tersenyum simpul.

Sunday, June 2, 2013

Penghuni Baru


“ Tap...tap...tap...” semua anak-anak penghuni panti asuhan Pertiwi berlarian ke lobi utama. Ada seorang penguni baru yang tiba hari ini. Semua anak sangat antusias untuk melihat penghuni baru tersebut. Karena panti asuhan ini sudah lama tidak menerima penghuni baru. Penghuni yang terakhir bergabung adalah Bayu, anak lelaki 10 tahun yang sangat pendiam dan selalu menyendiri itu. Seperti sekarang dia tidak antusias sama sekali untuk mengetahui ataupun sekedar melihat anak baru tersebut. Dia sama sekali tidak peduli. Dia hanya mengawasi tanpa semangat dari tangga utama.

“Jangan dorong-dorongan! Kalian bisa menakutinya.“ Bu Rahmi memberi aba-aba kepada semua penghuni panti untuk tertib. “Dan cobalah untuk bersikap ramah. Jangan membuat semua guru kalian di sekolah melakukan hal yang sia-sia.” Bu Rahmi adalah kepala panti asuhan ini. Dia seorang wanita paruh baya yang sangat baik namun tegas. Terlihat jelas guratan-guratan kelelahan diwajahnya yang mulai berkeriput. Dia sudah memimpin panti asuhan ini selama 20 tahun terakhir.

Mobil putih milik panti asuhan tiba di pintu depan bangunan ini. Membuat semua anak menahan nafas, bertanya-tanya siapakah anak baru ini, anak laki-laki atau perempuan, mengapa dia sampai berakhir di panti asuhan ini. Semua pertanyaan itu memenuhi benak hampir 20 anak yatim piatu yang menjadi penghuni panti asuhan ini. Pintu mobil terbuka, pak Heri, sopir sekaligus penjaga panti asuhan ini keluar dari mobil, membukakan pintu penumpang. Sekilas tampak samar sesosok gadis kecil yang sangat cantik memegang  boneka kelinci kumal dengan salah satu telinga yang nyaris putus. Semua pandangan mata tertuju kepada gadis kecil itu, gadis kecil dengan mata sembab dan berambut ikal itu, termasuk Bayu. Bayu menatap lekat gadis kecil itu, yang mungkin baru berusia sekitar 7 tahun itu, tanpa sadar dia menahan nafasnya. Seperti segala sesuatu terhenti saat itu juga.

Pak Heri menggandeng gadis kecil itu memasuki lobi bangunan utama panti. Gadis kecil itu dengan wajah takut-takut bersembunyi di belakang pak Heri. “Nah, ini rumah barumu, dan semua anak-anak disini akan menjadi temanmu.” Ucap pak Heri sambil berjongkok dan menatap gadis kecil itu. “Ayo perkenalkan dirimu, mereka semua ada di sini untuk menyambutmu.”

Gadis kecil itu terdiam sangat lama, memandangi anak-anak yang menunggu di hadapannya. Dengan ragu dia membuka mulutnya gamang, “Aku Laluna.”

Hanya kata-kata itu yang mampu keluar dari mulut kecilnya namun dua kata dengan suara yang gemetaran itu mampu membuat Bayu terenyuh. Satu pertanyaan mucul dibenaknya, ‘apa yang telah terjadi pada anak sekecil ini?’

Saturday, June 1, 2013

Lintang

          Ibunda guru,
          Ayahku telah meninggal, besok aku akan ke sekolah.
          Salamku, Lintang.


" SEORANG anak laki-laki tertua keluarga pesisir miskin yang ditinggal mati ayah, harus menanggung nafkah ibu, banyak adik, kakek-nenek, dan paman-paman yang tak berdaya, Lintang tak punya peluang sedikitpun untuk melanjutkan sekolah. Ia sekarang harus mengambil alih menanggung nafkah paling tidak empat belas orang, karena ayahnya, pria kurus berwajah lembut itu, telah mati, karena pria cemara angin itu kini telah tumbang. Jasadnya dimakamkan bersama harapan besarnya terhadap anak lelaki satu-satunya dan justru kematiannya ikut membunuh cita-cita agung anaknya itu. Maka mereka berdua, orang-orang hebat dari pesisir ini, hari ini terkubur dalam ironi." Laskar Pelangi, hal. 430.

Entah kenapa minggu kemarin aku sangat ingin membaca kembali buku Laskar Pelangi karangan penulis hebat Andrea Hirata. Salah satu buku terbaik yang pernah aku baca. Sebuah buku yang menceritakan sebuah ironi besar dalam dunia pendidikan. Bagaimana kesenjangan sosial menawarkan kualitas pendidikan yang sangat jauh berbeda. Anak-anak melayu tak mampu, bertaruh dengan nasib mencoba meraih apa yang sudah seharusnya mereka raih. Para orangtua mempertaruhkan rupiah yang bisa didapat anak-anak melayu miskin itu jika mereka ikut bekerja, bukannya mengenyam bangku pendidikan. Semua dipertaruhkan mati-matian dengan harapan kelak sang anak mampu menaikkan derajat dan kualitas hidup keluarga. untuk kehidupan yang lebih baik.

LINTANG. Nama seorang anak yang mengubur mimpinya hari itu. Atau lebih tepatnya dipaksa mengubur mimpinya karena tak ada biaya. Karena ayahnya, pria cemara angin, satu-satunya tulang punggung keluarga itu telah mati. Anak lelaki pesisir miskin di salah satu pulau terkaya di Indonesia. Mimpi dan harapannya dibunuh oleh ironi kejam wajah pendidikan negeri ini. Seperti tikus yang mati kelaparan di lumbung padi.

Lintang hanya nama seorang anak korban ketidakpedulian negeri ini. Aku yakin di luar sana, di bagian bumi Indonesia lainnya, sampai saat ini masih banyak Lintang-Lintang lain yang harus mengandaskan mimpi-mimpi besar mereka hanya karena tidak memiliki biaya. Karena mimpi-mimpi mereka memudar ditelan busung-busung para pejabat yang bobrok.

Anak-anak kecil itu, anak-anak yang tidak tahu apa-apa itu, sampai saat ini, suara mereka tak pernahh didengar.

Lapuk

Masyaallah......

Satu tahun lebih sudah blog ini tak kusambangi. Kalau ibarat rumah, mungkin debunya udah 30cm ada ini. Jaring laba-laba dimana-mana, tikus, kecoa, sampah, dan kotoran-kotoran lainya. Untungnya ini bukan rumah.. hehhehee... *lari dari tanggung jawab

dear blogku tersayang, ampun yo udah menelantarkanmu sedemikian lama... sini tak mandiin, tak gantiin baju, tak refresh lagi.. biar sehat.

mulai sekarang insyaallah bakal mulai ngeblog lagi, mulai orat-oret lagi, cuap-cuap lagi. doain aja yo ini otak konsletnya ilang biar punya ide-ide nulis lagi.. hehehhee...

wes..wes.. tak tinggal tidur lagi yo.. #plak :P

Monday, February 20, 2012

Pasmina

Waktu di kampus pas ujan-ujan gak sengaja neduh di MJ. Bukan! bukan Michael Jackson, tapi Mamang Jilbab. hehehe... Mamang itu kalo bahasa palembangnya itu paman. Jadi semacam paman-paman penjual jilbab. Eh iseng-iseng liat-liat pasmina. Secara lagi tren banget nih pasmina. Temen pada make pasmina semua dan bisasanya aku cuma pake jilbab segi 4 biasa.. hehehe...  

Sebenernya aku bukan penggila fashion, yg selalu ngikutin tren fashion terbaru, beli pakaian-pakaian bermerek, tas-tas 'cantik' -aku lebih suka pake tas selempang atau rasel, jeans ma kaos oblong-.  Nah, pas iseng liat pasmina itulah aku langsung jatuh cinta -bahasa bencong nya jetong cintrooong cyiin-... nih penampakannya


BAGUS KAAAANNN???? motifnya yang bagus banget. unik. kayak ada unsur etnik2 kalimantannya. aku paling suka semua benda yang punya unsur etnik. terutama etnik kalimantan, harganya 40ribu. Ada satu lagi yang menurutku juga bagus. yg ini warnanya pink peach. lebih lembut.


Bagus kan.. -maksa-
aku suka ini karena warnanya soft banget, bisa masuk ke banyak warna. kalau yang ini harganya 30ribu, tapi karena beli 2 ama yang diatas, jadi dikasih 2 item 65ribu. lumayan hemat 5ribu.. hehhee

Ada satu lagi, walau ini bukan pasmina sih. gak tau nyebutnya apa, kain pantai, slayer, kain Bali, syal. atau apa. Jenis bahannya dingin lembut dan jatoh. ni penampakannya.


gimana??? motifnya gak nahan kan??? ahahhaa... itu belinya pas di Ancol. aku beli 20ribu. ada temenku maniak loreng-loreng mau belinya 40ribu, dan temenku yang maniak hitam putih nawarin 60ribu. hahahaa.. I felt like a lucky bastard. 

Kalo cara pakenya sih suka-sukanya aja, sesuai selera.. karena pipiku tembem, aku pakenya langsung aja gak dimodel-modelin. selain itu aku emang paling gak bisa model-modelin gaya jibab. hahaahahha.... jadi aku pake kayak gini aja...


bisa juga digabung... misal kayak ini..


yang satu dipake, yang satunya dimodelin selendang gitu. kalau yg motif macan tadi, aku pake kayak syal, soalnya kalu buat jilbab kegedean. 


Yup, that's it... have you enjoy... :)

Together, forever.


Together, forever.
"We all thought we would be together forever but somewhere between all the arguments and the laughter, we realised that maybe it isn't meant to last forever; that we are meant to move on to become the people we all know we can be, to follow the dreams we have set ourselves. It it time that we all remember what we have been through to get to this place, the people we have known, helped and had help ourselves. These are the memories that last a lifetime. So, maybe we won't be in each others presence forever, but we will be in each others hearts forever and more." - unknown

Waktu buka tumblr, nemu quote ini dari salah satu blog yang aku follow. Kata-kata ini sangat menggambarkan keadaanku sekarang. Pada saat kita menjalin suatu hubungan, semuanya tampak sangat indah. Kita selalu berfikir bahwa inilah pasangan hidup kita, berharap hubungan ini tanpa akhir. Walau dengan pertengkaran-pertengkaran kecil, selisih pendapat, air mata juga tawa. 

Tapi saat hubungan itu berakhir, bukan berarti kita hanya bisa meratapinya. Menangisinya setiap waktu, mengurung diri, mengisolasi diri dari kehidupan yang terus berjalan. Jika dia bisa terus melangkah maju, mengapa kita tidak. Jika dia memiliki mimpi yang ingin dia capai, apa kita tidak punya? Semua orang memiliki mimpi masing-masing, tujuan hidup masing-masing. Ada hidup yang harus kita jalani, ada orang-orang yang harus kita bahagiakan. Orang-orang yang telah berjuang menjadikan kita sebagai diri kita saat ini. 

Kenangan-kenangan bersama seseorang tersebut memang tidak mudah untuk dilupakan. Tetapi, kenapa harus dilupakan jika kita bisa menyimpannya? Jika kita bisa menjadikannya satu kisah indah dalam jalan hidup kita. Kita mungkin tidak bisa bersama-sama lagi dengannya, tapi kita tetap berada di hati masing-masing untuk selama-lamanya. 

Wednesday, February 15, 2012

Lagi-lagi Valentine...



Zaman sekarang masih saja meributkan Valentine?

Ya, hari valentine memang bukan hari yang dirayakan atau dijalankan oleh agamaku -yaitu Islam-. sejauh yang aku tau, hari valentine berkembang dari isu suatu agama awalnya dan kemudian berkembang menjadi tradisi yang kemudian tersebar ke seluruh dunia. ya, aku tidak terlalu peduli dengan hal ini, karena aku sendiri tidak merayakan valentine, tidak pernah dan kedepannya juga tidak ada niat untuk merayakannya. tapi, apakah hal ini harus aku teriakan ke semua orang agar orang-orang tahu? haruskah aku berteriak "hei, aku tidak merayakan valentine!", "hei, valentine itu diharamkan!", "Hei, kamu kan muslim, kenapa kamu ngerayain valentine??" , "Hei, valentine itu milik agama lain.. bla..bla..bla.. dan blablabla...!".

Apa harus begitu?? menurutku tidak. Mengapa Tuhan memberikan kita akal dan pikiran? mengapa Tuhan memberitahu kita tanda-tanda akhil baligh? karena Tuhan tau bahwa kita bisa menentukan sendiri mana yang benar dan mana yang salah. semua orang punya jalan hidup masing-masing, pilihan masing-masing yang nantinya akan dipertanggungjawabkan masing-masing pula.jadi kenapa memusingkan diri sendiri dengan mengurusi apakah seseorang merayakan valentine atau tidak?

Tuhan jelas telah memerintahkan kita untuk mematuhi segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya. sekarang kembali kepada manusianya yang memutuskan, mematuhinya atau melanggarnya. aku percaya jika Tuhan mau, akan sangat mudah bagi-Nya -mungkin lebih mudah dari mengedipkan mata- untuk membuat semua orang jahat menjadi baik, menyadarkan orang yang berada dijalan yang salah untuk kembali ke jalan yang benar. Lalu apa?

Kenapa Tuhan harus menciptakan surga dan neraka jika dia dengan mudah dapat membuat semua orang menjadi baik, menghilangkan semua nafsu dan pikiran jahat dari diri manusia? disanalah kita justru harus mencari pembelajaran hidup. dengan dapat memutuskan sendiri jalan hidup yang kita pilih. kenapa sibuk mengurusi apa yang dilakukan dan dijalankan oleh orang lain? kenapa tidak mengurus urusan sendiri saja? kenapa tidak berbenah diri saja? apakah dari segala sudut kita sudah lebih baik dari orang lain? jika jawabannya 'tidak', maka perbaikilah diri kita. dan jika jawabannya adalah 'ya', maka rendah hatilah.


"when you do the best, then you deserve the best."

Wednesday, February 1, 2012

Perempuan itu AKU

Aku mungkin bukan perempuan modern yang mengerti tekhnologi paling update saat ini, aku juga jauh dari sebutan "anak gaul". Aku pun tidak pandai bersolek dan memiih pakaian bagus yang sedang trendy dan mahal. Jika zaman sekarang banyak laki-laki yang dengan bangga memamerkan pasangannya yang cantik dan seksi ke teman-temannya, mungkin hal yang sama tidak akan kau temukan didiriku.

Maaf karna aku hanya perempuan sederhana, yang ingin memiliki rutinitas yang sederhana pula. Mebangunkanmu di setiap pagimu, menyiapkan segala kebutuhanmu dan mendoakanmu agar kau pulang dengan selamat. Kau tau? Aku perempuan yang akan rajin menonton berita untuk mengetahui keadaan di luar sana, berdoa agar kau dilindungi ketika kau sedang tidak ada di rumah. Perempuan yang akan menelponmu setiap 30 menit untuk sekedar mengingatkanmu "jangan lupa minum air putih" atau sekedar bertanya "ingin makan apa siang ini?", karena setelah itu dengan senang hati aku akan memasak untukmu:).

Dan meskipun aku tidak pandai bersolek tapi aku akan mempercantik diriku dengan selalu tersenyum disaat menantimu pulang dengan semua rasa lelah setelah bekerja seharian. Menyambutmu dengan segelas air dan bersyukur karena kau pulang dengan selamat. Aku perempuan yang akan menjadi tempatmu bercerita tentang apa yang kau jumpai dan terjadi di luar sana. Memijat kakimu hingga kau tertidur sangat pulas sampai pagimu menjelang.

Hingga rutinitas itu terjadi bertahun-tahun sampai kita merasa kalau kita tidak bisa berdiri sendiri tanpa satu sama lain di sisi kita. Aku perempuan yang akan tidur dan terjaga di sampingmu hingga nanti ketika kita sudah sangat tua renta bagi anak cucu kita.

Perempuan itu AKU.