Seperti biasanya, setiap hari minggu para penghuni panti asuhan Pertiwi melakukan kerja bakti membersihkan lingkungan panti. Anak-anak perempuan membersihkan bagian dalam asrama panti dan para lelaki membersihkan halaman panti. Laluna mendapat tugas menyusun mainan di ruang bermain di dalam asrama bersama dua anak perempuan yang sudah lebih besar darinya. Laluna memisahkan mainan-mainan tersebut ke dalam kotak-kotak yang sudah disiapkan oleh ibu Aulia, salah satu pengurus panti.
"Yang bener? Gak mimpi kan?" Sisil, gadis kecil 11 tahun dengan rambut digerai itu terkejut mendengar kabar dari temannya itu.
"Shhht... jangan kenceng-kenceng ngomongnya!" Rubi, anak yang satu lagi menjawab sambil menutup mulut Sisil. "Iya, aku denger sendiri waktu bu Rahmi ngobrol sama pak Heri." tambahnya.
"Waaaah... Siapa ya kira-kira yang beruntung, semoga aja aku." Sisil nyengir sambil berdoa.
"Diiih... Ngarep. Semoga aku yang dipilih." ujar Rubi yakin. Laluna masih belum mengerti apa yang dibicarakan oleh Rubi dan Sisil.
"Semoga aja mereka orang baik, kan udah lama banget gak ada keluarga yang ngambil anak dari panti ini. Terakhir yang keluar si Bagas kan? Itupun udah 3 tahun yang lalu." Sisil duduk dan kembali merapikan mainan di dekatnya.
"Kata bu Rahmi kemarin sih yang mau ngambil anak di sini sih orang kaya, dan mau pindah ke luar negeri gitu, mereka gak mau adopsi anak di luar negeri, jadi sebelum berangkat mereka mau ngadopsi anak dulu di Indonesia." Rubi masih menatap Sisil yang sibuk merapikan mainan sambil membayangkan seandinya dirinyalah yang terpilih untuk diadopsi kali ini.
"Jadi kapan mereka datang?" tanpa sadar Laluna bertanya pada Rubi karena ingin tahu lebih banyak. Rubi menoleh ke arah Laluna sambil mengernyitkan keningnya.
"Kupikir kau tidak bisa bicara." jawab Rubi sinis. "Mereka datang besok, lagi pula tidak ada hubungannya denganmu, mereka pasti akan memilih penghuni lama. Apalagi anak aneh sepertimu, mana ada keluarga yang mau." lanjutnya sambil mulai membereskan mainan yang masih berantakan. Laluna hanya diam.
Malamnya Laluna tidak bisa tidur karena memikirkan percakapan Rubi dan Sisil tadi siang. Apa benar akan ada keluarga yang datang besok? Bagaimana kalau keluarga itu memilihnya dan mengajaknya hidup di luar negeri? Menjalani kehidupan baru dengan keluarga baru pula. merasakan kasih sayang lagi. Sambil memeluk boneka kelinci usangnya Laluna perlahan terlelap.
Keesokaan harinya sepulang sekolah, semua anak dikumpulkan di aula kecil di samping asrama yang biasa digunakan untuk acara-acara penting, seperti hari ini. Berita itu benar, anak-anak sudah harap-harap cemas sedari tadi. Sepasang suami istri yang tampak sangat baik sudah duduk di hadapan kami. Mereka adalah Pak Raka dan Ibu Anjani, mereka belum juga memiliki anak setelah lima tahun menikah dan akhirnya memutuskan untuk mengadopsi anak setelah pak Raka akan dipindah tugaskan ke Inggris.
"Nah anak-anak, minggu lalu pak Raka dan Ibu Anjani sudah mengutarakan maksudnya untuk mengadopsi salah satu anak dari panti asuhan kita. Ibu sudah memberikan data-data kalian kepada mereka dan mereka sudah memilih satu di antara kalian. Ibu sangat senang bahwa salah satu dari kalian akan memiliki keluarga baru, Ibu dan semua orang di panti ini selalu mengharapkan yang terbaik untuk kalian semua. Ibu Anjani akan meyebutkan nama anak yang sudah mereka pilih untuk ikut bersama mereka." Bu Rahmi tersenyum haru saat mempersilakan ibu Anjani untuk berbicara.
"Halo anak-anak semua.. Kami berdua berpendapat bahwa kalian semua adalah anak yang baik, tetapi kami hanya bisa memilih satu orang anak saja." ibu Anjani terbata-bata. "Setelah berpikir satu minggu lebih akhirnya kami memutuskan siapa yang akan kami adopsi. Kami berdua akan mengadopsi seorang anak laki-laki. Dia adalah Bayu Ferdian."
Laluna terdiam.